Konfigurasi FreeNAS untuk Pusat Berbagi Data dengan Network File System (NFS)
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Di artikel ini saya akan menuliskan mengenai bagaimana mengkonfigurasi FreeNAS sebagai Pusat Data untuk keperluan Sharing Data dengan Network File System (NFS).
a. Pengertian
Network File System (NFS) merupakan sebuah protokol Distributed File System yang dapat digunakan User untuk mengakses data mereka melalui jaringan seperti data tersebut berada di komputer User itu sendiri atau lokal.
b. Latar Belakang
Latar belakang melakukan konfigurasi ini adalah karena kami ingin membuat Centralized Storage yang dapat digunakan oleh Dua Web Server kami yang saling fail-over untuk keperluan membaca dan menulis pada data yang sama.
c. Maksud dan Tujuan
Tujuan dari konfigurasi ini adalah untuk membuat suatu Tempat Data secara Terpusat yang dapat digunakan bersama-sama. Pada kasus kami, ini digunakan agar kedua Web Server kami tetap memberikan data yang sama kepada Client meski salah-satunya dalam keadaan down.
d. Waktu Pelaksanaan
Waktu yang digunakan untuk melakukan konfigurasi ini kurang lebih 5-10 Menit.
e. Langkah Pengerjaan
1. Login ke FreeNAS
Silahkan teman-teman login ke FreeNAS. Artikel ini mengasumsikan bahwa FreeNAS yang teman-teman install masih dalam keadaan baru dan belum ada konfigurasi apapun yang dilakukan dari Web Control Panel.
2. Buat Konfigurasi Storage
Hal pertama yang akan kita lakukan adalah mengkonfigurasi pengaturan Storagenya. Pastikan Harddisk yang kalian gunakan dalam keadaan kosong atau tidak ada data yang penting didalamnya, Karena FreeNAS akan melakukan Format Ulang pada Harddisk teman-teman.
Untuk mengkonfigurasi, silahkan menuju ke menu Storage. Jika memang FreeNAS kalian benar-benar fresh install dan belum menginstall FreeNAS sebelumnya, maka ketika kalian membuka menu Storage maka tidak akan ada apa-apa. Nah disini kita akan mengkonfigurasi Storagenya.
Setelah kalian buka menu Storage, silahkan klik Menu Volume Manager. Disini kalian akan menentukan Berapa Harddisk yang akan digunakan oleh FreeNAS serta Konfigurasi Harddisknya.
Nah disini jika membuat Volume baru maka hal-hal yang harus teman-teman konfigurasi adalah Volume Name dan Volume Layout. Teman-teman bisa isi bebas Volume Namenya, sedangkan untuk Volume Layout mempunyai konfigurasi tersendiri.
Pada FreeNAS, kita akan memakai File System bernama ZFS atau Zettabyte File System. ZFS sendiri dapat dikonfigurasi secara RAID. Nah jika pada RAID umumnya teman-teman akan mengenal RAID 0, 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 maka di ZFS teman-teman hanya akan mengenal Stripe (RAID0), Mirror (RAID1), RAIDZ-1 (RAID5), RAIDZ-2 (RAID6), RAIDZ3 (Improvisasi RAID6), Log Device, dan Cache Device. Namun saya tidak akan membahas dua level RAID terakhir.
Untuk menentukan Layout, pastikan teman-teman mempunyai Harddisk yang cukup dan mempunyai kapasitas yang sama apabila menggunakan konfigurasi RAID. Berikut perbedaan singkat level RAID pada FreeNAS.
Stripe (RAID0) : Level RAID ini memerlukan paling tidak 1 Harddisk dengan tipe konfigurasi sama seperti RAID 0 pada umumnya, yaitu fokus pada kecepatan dan kapasitas. Tapi Level RAID ini punya kelemahan yang cukup fatal, yaitu apabila salah satu Harddisk mengalami gangguan atau error maka akan berakibat pada Harddisk yang lainnya dikarenakan Data yang ditulis disebar disemua Harddisk. Sehingga, ketika satu harddisk terkena masalah maka seluruh data akan lenyap.
Mirror (RAID1) : Level RAID ini memerlukan paling tidak 2 Harddisk dengan Dianjurkan Mempunyai kapasitas yang sama. Level RAID ini fokus pada Backup karena pengubahan yang dilakukan pada Harddisk utama akan ditulis juga di Harddisk Backup. Sehingga ketika Harddisk utama mengalami kerusakan maka data tidak akan hilang.
RAIDZ-1 (RAID5) : Level RAID ini memerlukan paling tidak 3 Harddisk. Konfigurasi ini cukup bagus untuk kalian yang menginginkan proteksi dari kehilangan data dengan kapasitas yang memadai karena RAIDZ-1 dapat memberikan toleransi kerusakan dari 1 Harddisk.
RAIDZ-2 (RAID6) : Level RAID ini memerlukan paling tidak 4 Harddisk. Konfigurasi yang direkomendasikan karena Konfigurasi RAID ini dapat memberikan toleransi kerusakan sampai dengan 2 Harddisk tanpa adanya kehilangan data.
RAIDZ-3 : Level RAID ini memerlukan paling tidak 5 Harddisk. Konfigurasi RAID ini sama seperti RAIDZ-1 dan RAIDZ-2 bedanya RAIDZ-3 memberikan toleransi kerusakan sampai dengan 3 Harddisk tanpa ada kehilangan data.
Nah sudah mendapatkan keputusan akan menggunakan konfigurasi yang mana?
Jika sudah, teman-teman dapat mengalokasikan berapa Harddisk yang akan digunakan dengan cara menggeser Slider ke Kanan dan Kebawah. Jika sudah teman-teman bisa klik Add Volume. Perhatian sekali lagi, Harddisk akan diformat ulang!.
3. Buat Konfigurasi Dataset
Pada dasarnya setelah kita mengkonfigurasi Storage, maka tidak ada data apapun didalamnya alias bersih. Nah dengan Dataset kita bisa membuat Alokasi-alokasi khusus untuk kita atau orang lain gunakan nantinya, sederhananya Dataset adalah seperti Folder yang dapat dikonfigurasi Kapasitasnya, Tipe Sharing, Izin aksesnya, dan sebagainya.
Untuk membuat Dataset, kita cukup memilih Storage yang sudah kita buat sebelumnya kemudian klik Create Dataset pada Menu yang ada dibawah. Mengenai apa saja yang harus dikonfigurasi seharusnya sudah Self-explanatory. Setelah membuat Dataset, kitapun dapat mengatur Hak Aksesnya dengan mengklik Dataset yang sudah kita buat lalu klik menu Change Permission yang ada dibawah.
4. Konfigurasi NFS Sharing
Setelah Dataset kita buat, selanjutnya kita akan melakukan Sharing pada Dataset tersebut supaya dapat digunakan secara Remote. Target Client kita adalah OS Unix/Linux sehingga kita akan menggunakan Protokol Sharing berbasis Unix yaitu NFS meskipun sebenarnya Client Windows pun dapat menggunakannya.
Untuk mengkonfigurasi silahkan menuju ke Menu Sharing lalu ke Tab UNIX (NFS) kemudian kita klik menu Add Unix (NFS) Share. Hal yang diperhatikan ketika membuat Sharing NFS adalah:
- Path : Arahkan ke Dataset yang ingin kita Sharingkan.
- Comment : Teman-teman dapat isi dengan Nama Singkat untuk memperjelas.
- Authorized Networks : Isikan Subnet Jaringan yang ingin diberikan Akses ke Data Sharing ini.
- Authorized IP Addresses or Hosts : Jika ingin spesifik lagi, teman-teman dapat memasukkan IP yang boleh mengakses data ini.
- All Directories : Umumnya bisa kita berikan checklist agar Subdirectory yang berada didalamnya juga ikut dapat diakses.
- Read-only : Checklist apabila Data yang dishare tidak diperbolehkan untuk dirubah oleh Client.
- Quiet : Berikan checklist apabila ingin mematikan notifikasi error dari Data Sharing tersebut.
- Maproot & Mapall : Ini adalah konfigurasi User Mapping, lebih seperti Hak Akses atas Data Sharing tersebut. Meski sepintas seharusnya semua diisi namun sebenarnya tidak. Isikan hanya salah satu antara Maproot dan Mapall. Jika mengisi Maproot maka Mapall harus dikosongkan begitu juga sebaliknya.
Jika sudah dikonfigurasi silahkan klik OK. Selanjutnya apabila Service masih mati maka teman-teman akan ditanyakan apakah ingin menghidupkan Service NFS atau tidak, kita pilih Tidak saja karena kita akan mengkonfigurasinya terlebih dahulu.
5. Konfigurasi Service NFS
Selanjutnya kita menuju ke Menu Services. Disini kita akan mengkonfigurasi Service NFS sebelum kita aktifkan. Untuk mengkonfigurasi silahkan klik Icon kecil disamping On-Off Switch. Disini kita akan memberikan Checklist pada Allow non-root mount untuk memastikan kompatibilitas dari Client. Jika sudah silahkan klik OK lalu Klik pada On-Off Switch pada Service NFS untuk menghidupkannya.
6. Mounting pada Client
Untuk Client agar dapat mengakses memerlukan Aplikasi NFS Client. Untuk Distro Debian/Ubuntu kita bisa menginstallnya dengan:
Apabila teman-teman ingin NFS Share otomatis ter-mount setiap kali PC dihidupkan, teman-teman dapat memasukkan Perintah yang sama ketika kalian melakukan mount dari FreeNAS menuju Direktori Lokal kedalam /etc/rc.local.
g. Referensi
- FreeNAS User Guide
- Tecmint - Configuring FreeNAS to Setup ZFS Storage Disks and Creating NFS Shares On FreeNAS
- ZFSBuild - ZFS RAID Levels
h. Kesimpulan
Dengan FreeNAS, kita dapat membuat Storage Jaringan kita sendiri dengan cukup mudah namun juga memiliki konfigurasi lanjut. Selain itu FreeNAS juga dapat dikembangkan dan dimanfaatkan untuk keperluan lain dengan skenario penggunaan yang lain juga.
Cukup sekian yang dapat saya tulis, semoga bermanfaat bagi teman-teman semua!
Dan seperti biasa Terima Kasih!
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Di artikel ini saya akan menuliskan mengenai bagaimana mengkonfigurasi FreeNAS sebagai Pusat Data untuk keperluan Sharing Data dengan Network File System (NFS).
a. Pengertian
Network File System (NFS) merupakan sebuah protokol Distributed File System yang dapat digunakan User untuk mengakses data mereka melalui jaringan seperti data tersebut berada di komputer User itu sendiri atau lokal.
b. Latar Belakang
Latar belakang melakukan konfigurasi ini adalah karena kami ingin membuat Centralized Storage yang dapat digunakan oleh Dua Web Server kami yang saling fail-over untuk keperluan membaca dan menulis pada data yang sama.
c. Maksud dan Tujuan
Tujuan dari konfigurasi ini adalah untuk membuat suatu Tempat Data secara Terpusat yang dapat digunakan bersama-sama. Pada kasus kami, ini digunakan agar kedua Web Server kami tetap memberikan data yang sama kepada Client meski salah-satunya dalam keadaan down.
d. Waktu Pelaksanaan
Waktu yang digunakan untuk melakukan konfigurasi ini kurang lebih 5-10 Menit.
e. Langkah Pengerjaan
1. Login ke FreeNAS
Silahkan teman-teman login ke FreeNAS. Artikel ini mengasumsikan bahwa FreeNAS yang teman-teman install masih dalam keadaan baru dan belum ada konfigurasi apapun yang dilakukan dari Web Control Panel.
2. Buat Konfigurasi Storage
Hal pertama yang akan kita lakukan adalah mengkonfigurasi pengaturan Storagenya. Pastikan Harddisk yang kalian gunakan dalam keadaan kosong atau tidak ada data yang penting didalamnya, Karena FreeNAS akan melakukan Format Ulang pada Harddisk teman-teman.
Untuk mengkonfigurasi, silahkan menuju ke menu Storage. Jika memang FreeNAS kalian benar-benar fresh install dan belum menginstall FreeNAS sebelumnya, maka ketika kalian membuka menu Storage maka tidak akan ada apa-apa. Nah disini kita akan mengkonfigurasi Storagenya.
Setelah kalian buka menu Storage, silahkan klik Menu Volume Manager. Disini kalian akan menentukan Berapa Harddisk yang akan digunakan oleh FreeNAS serta Konfigurasi Harddisknya.
Nah disini jika membuat Volume baru maka hal-hal yang harus teman-teman konfigurasi adalah Volume Name dan Volume Layout. Teman-teman bisa isi bebas Volume Namenya, sedangkan untuk Volume Layout mempunyai konfigurasi tersendiri.
Pada FreeNAS, kita akan memakai File System bernama ZFS atau Zettabyte File System. ZFS sendiri dapat dikonfigurasi secara RAID. Nah jika pada RAID umumnya teman-teman akan mengenal RAID 0, 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 maka di ZFS teman-teman hanya akan mengenal Stripe (RAID0), Mirror (RAID1), RAIDZ-1 (RAID5), RAIDZ-2 (RAID6), RAIDZ3 (Improvisasi RAID6), Log Device, dan Cache Device. Namun saya tidak akan membahas dua level RAID terakhir.
Untuk menentukan Layout, pastikan teman-teman mempunyai Harddisk yang cukup dan mempunyai kapasitas yang sama apabila menggunakan konfigurasi RAID. Berikut perbedaan singkat level RAID pada FreeNAS.
Stripe (RAID0) : Level RAID ini memerlukan paling tidak 1 Harddisk dengan tipe konfigurasi sama seperti RAID 0 pada umumnya, yaitu fokus pada kecepatan dan kapasitas. Tapi Level RAID ini punya kelemahan yang cukup fatal, yaitu apabila salah satu Harddisk mengalami gangguan atau error maka akan berakibat pada Harddisk yang lainnya dikarenakan Data yang ditulis disebar disemua Harddisk. Sehingga, ketika satu harddisk terkena masalah maka seluruh data akan lenyap.
Mirror (RAID1) : Level RAID ini memerlukan paling tidak 2 Harddisk dengan Dianjurkan Mempunyai kapasitas yang sama. Level RAID ini fokus pada Backup karena pengubahan yang dilakukan pada Harddisk utama akan ditulis juga di Harddisk Backup. Sehingga ketika Harddisk utama mengalami kerusakan maka data tidak akan hilang.
RAIDZ-1 (RAID5) : Level RAID ini memerlukan paling tidak 3 Harddisk. Konfigurasi ini cukup bagus untuk kalian yang menginginkan proteksi dari kehilangan data dengan kapasitas yang memadai karena RAIDZ-1 dapat memberikan toleransi kerusakan dari 1 Harddisk.
RAIDZ-2 (RAID6) : Level RAID ini memerlukan paling tidak 4 Harddisk. Konfigurasi yang direkomendasikan karena Konfigurasi RAID ini dapat memberikan toleransi kerusakan sampai dengan 2 Harddisk tanpa adanya kehilangan data.
RAIDZ-3 : Level RAID ini memerlukan paling tidak 5 Harddisk. Konfigurasi RAID ini sama seperti RAIDZ-1 dan RAIDZ-2 bedanya RAIDZ-3 memberikan toleransi kerusakan sampai dengan 3 Harddisk tanpa ada kehilangan data.
Nah sudah mendapatkan keputusan akan menggunakan konfigurasi yang mana?
Jika sudah, teman-teman dapat mengalokasikan berapa Harddisk yang akan digunakan dengan cara menggeser Slider ke Kanan dan Kebawah. Jika sudah teman-teman bisa klik Add Volume. Perhatian sekali lagi, Harddisk akan diformat ulang!.
3. Buat Konfigurasi Dataset
Pada dasarnya setelah kita mengkonfigurasi Storage, maka tidak ada data apapun didalamnya alias bersih. Nah dengan Dataset kita bisa membuat Alokasi-alokasi khusus untuk kita atau orang lain gunakan nantinya, sederhananya Dataset adalah seperti Folder yang dapat dikonfigurasi Kapasitasnya, Tipe Sharing, Izin aksesnya, dan sebagainya.
Untuk membuat Dataset, kita cukup memilih Storage yang sudah kita buat sebelumnya kemudian klik Create Dataset pada Menu yang ada dibawah. Mengenai apa saja yang harus dikonfigurasi seharusnya sudah Self-explanatory. Setelah membuat Dataset, kitapun dapat mengatur Hak Aksesnya dengan mengklik Dataset yang sudah kita buat lalu klik menu Change Permission yang ada dibawah.
4. Konfigurasi NFS Sharing
Setelah Dataset kita buat, selanjutnya kita akan melakukan Sharing pada Dataset tersebut supaya dapat digunakan secara Remote. Target Client kita adalah OS Unix/Linux sehingga kita akan menggunakan Protokol Sharing berbasis Unix yaitu NFS meskipun sebenarnya Client Windows pun dapat menggunakannya.
Untuk mengkonfigurasi silahkan menuju ke Menu Sharing lalu ke Tab UNIX (NFS) kemudian kita klik menu Add Unix (NFS) Share. Hal yang diperhatikan ketika membuat Sharing NFS adalah:
- Path : Arahkan ke Dataset yang ingin kita Sharingkan.
- Comment : Teman-teman dapat isi dengan Nama Singkat untuk memperjelas.
- Authorized Networks : Isikan Subnet Jaringan yang ingin diberikan Akses ke Data Sharing ini.
- Authorized IP Addresses or Hosts : Jika ingin spesifik lagi, teman-teman dapat memasukkan IP yang boleh mengakses data ini.
- All Directories : Umumnya bisa kita berikan checklist agar Subdirectory yang berada didalamnya juga ikut dapat diakses.
- Read-only : Checklist apabila Data yang dishare tidak diperbolehkan untuk dirubah oleh Client.
- Quiet : Berikan checklist apabila ingin mematikan notifikasi error dari Data Sharing tersebut.
- Maproot & Mapall : Ini adalah konfigurasi User Mapping, lebih seperti Hak Akses atas Data Sharing tersebut. Meski sepintas seharusnya semua diisi namun sebenarnya tidak. Isikan hanya salah satu antara Maproot dan Mapall. Jika mengisi Maproot maka Mapall harus dikosongkan begitu juga sebaliknya.
Jika sudah dikonfigurasi silahkan klik OK. Selanjutnya apabila Service masih mati maka teman-teman akan ditanyakan apakah ingin menghidupkan Service NFS atau tidak, kita pilih Tidak saja karena kita akan mengkonfigurasinya terlebih dahulu.
5. Konfigurasi Service NFS
Selanjutnya kita menuju ke Menu Services. Disini kita akan mengkonfigurasi Service NFS sebelum kita aktifkan. Untuk mengkonfigurasi silahkan klik Icon kecil disamping On-Off Switch. Disini kita akan memberikan Checklist pada Allow non-root mount untuk memastikan kompatibilitas dari Client. Jika sudah silahkan klik OK lalu Klik pada On-Off Switch pada Service NFS untuk menghidupkannya.
6. Mounting pada Client
Untuk Client agar dapat mengakses memerlukan Aplikasi NFS Client. Untuk Distro Debian/Ubuntu kita bisa menginstallnya dengan:
~# apt install nfs-commonJika sudah terinstall, kita dapat mencoba mengecek apakah NFS Client dapat terkoneksi ke FreeNAS dengan perintah:
~# showmount -e <IPFreeNAS>Jika outputnya menunjukkan Directory Dataset yang kita buat maka tandanya kita bisa terkoneksi ke FreeNAS. Untuk mengkoneksikan, pertama kita buat Directory dimana NFS Share tersebut akan dimount atau diletakkan. Disini saya akan meletakkannya di /var/www/shared_html.
;; Buat DirectoryUntuk memastikan apakah kita bisa melakukan Baca tulis, teman-teman bisa membuat satu file kosong didalam direktori tersebut dengan menggunakan touch.
~# mkdir /var/www/shared_html
;; Mount FreeNAS ke Lokal
~# mount IPFreeNAS:/mnt/<Direktori Lengkap> <Direktori Lokal>
~/var/www/shared_html# touch penguinstunnel.txtJika tidak ada Permission Error maka Selamat! NFS Sharing sudah berhasil!.
Apabila teman-teman ingin NFS Share otomatis ter-mount setiap kali PC dihidupkan, teman-teman dapat memasukkan Perintah yang sama ketika kalian melakukan mount dari FreeNAS menuju Direktori Lokal kedalam /etc/rc.local.
g. Referensi
- FreeNAS User Guide
- Tecmint - Configuring FreeNAS to Setup ZFS Storage Disks and Creating NFS Shares On FreeNAS
- ZFSBuild - ZFS RAID Levels
h. Kesimpulan
Dengan FreeNAS, kita dapat membuat Storage Jaringan kita sendiri dengan cukup mudah namun juga memiliki konfigurasi lanjut. Selain itu FreeNAS juga dapat dikembangkan dan dimanfaatkan untuk keperluan lain dengan skenario penggunaan yang lain juga.
Cukup sekian yang dapat saya tulis, semoga bermanfaat bagi teman-teman semua!
Dan seperti biasa Terima Kasih!
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
No comments :
Post a Comment