Wednesday, June 28, 2017

Berkomunikasi dengan MikroTik RouterOS dari PHP melalui API

  7 comments
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Sudah lama saya tidak posting, kali ini saya akan menuliskan mengenai caranya berkomunikasi dengan perangkat MikroTik dengan Bahasa Pemrograman PHP melalui API RouterOS.

a. Pengertian
API (Application Program(ming) Interface) adalah sebuah protokol dan set metode untuk berkomunikasi antar aplikasi. API dapat digunakan untuk berkomunikasi antar aplikasi, dan antar platform. Maka dari itu tidak perduli Platform apa yang digunakan masing-masing aplikasi, aplikasi tersebut tetap akan dapat saling berkomunikasi melalui API.

b. Alat dan Bahan
- Text Editor
- Apache2 + PHP5 / 7
- RouterOS v3+ (bisa perangkat RB atau CHR)
- RouterOS API PHP

c. Langkah Pengerjaan
1. Silahkan persiapkan alat bahan diatas. Untuk RouterOS API PHP karena saya memakai yang versi ZIP maka saya akan menyarankan teman-teman juga mendownload yang ZIP, jika teman-teman dapat menyesuaikan ke versi yang lain maka saya persilahkan.

2. Ekstrak Zip
Skip part ini apabila teman-teman mendownload yang bukan ZIP.
Setelah didownload, silahkan buka file ZIP tersebut lalu menuju PEAR2_Net_RouterOS -> src. Didalam folder ini ada folder bernama PEAR2, silahkan ekstrak folder tersebut ke Webroot teman-teman.
3. Buka Teks Editor dan Buat File baru
Selanjutnya kita buat file PHP yang akan kita gunakan untuk mengeksekusi perintah API, silahkan nantinya teman-teman simpan file ini didalam Folder yang sama dengan folder PEAR2 tadi.

Nah isi dasar dari file ini adalah sebagai berikut:
<?php
    use PEAR2\Net\RouterOS;
    require_once 'PEAR2/Autoload.php';
    // Isi Perintah API mulai dari sini
?>
4. Cek Service dan Firewall
Pastikan API MikroTik berada dalam keadaan Enabled (IP -> Services) dan tidak terhalang Firewall, baik dari sisi Client ataupun MikroTiknya.
5. Check Sound 1!
Setelah Step 4 tidak ada masalah maka saatnya kita coba untuk berkomunikasi dengan RouterOSnya. Kita akan coba dengan membuat konektivitas melalui API
// Mulai Koneksi
try {
   $client = new RouterOS\Client('IP MIKROTIK', 'USERNAME', 'PASSWORD');
   echo "Koneksi OK";
} catch (Exception $e) {
  die ($e);
}
Tambahkan Script diatas kedalam file teman-teman dan sesuaikan IP, Username, dan Passwordnya.
Jika sudah silahkan Simpan lalu coba buka Filenya melalui Web Browser.
6. Script Lanjutan Step 5
Beberapa script yang sudah saya coba dan pakai:
- Ambil List IP (Shell: /ip address print)
// Ambil List IP
$getIPs = $client->sendSync(new RouterOS\Request('/ip address print'));
foreach ($getIPs as $getIP){
    if($getIP->getType() === RouterOS\Response::TYPE_DATA) {
      echo 'IP: ', $getIP->getProperty('address'),
      ' Interface: ', $getIP->getProperty('interface'),
      "\n";
    }
}
- Buat Interface VLAN
// Buat VLAN
$addRequest = new RouterOS\Request('/interface vlan add');
$addRequest->setArgument('name', 'coba');
$addRequest->setArgument('vlan-id', '1000');
$addRequest->setArgument('interface', 'ether1');
if ($client->sendSync($addRequest)->getType() !== RouterOS\Response::TYPE_FINAL) {
  die ("Error");
} echo "OK";
7. Check Sound 2!
Jika di Step 5 kita menggunakan RouterOS\Client maka di Step ini kita akan menggunakan RouterOS\Util. Untuk fungsi hampir sama.
// Koneksi 2
$utils = new RouterOS\Util(new RouterOS\Client('IP MIKROTIK', 'USERNAME', 'PASSWORD'));
8. Script Lanjutan Step 7
- Create Item (VLAN)
// Create
$utils->setMenu('/interface vlan');
$utils->add(
    array(
        'name' => 'api',
        'vlan-id' => '1011',
        'interface' => 'ether1'
      )
  );
- Update Item (VLAN)
// Update
$utils->setMenu('/interface vlan');
$utils->set(
    0,
    array (
        'name' => 'api-new'
      )
  );
- Delete Item (VLAN)
// Delete
$utils->setMenu('/interface vlan');
$utils->remove(0); // 0 = ID Item
d. Referensi
- Mikrotik Wiki - API PHP
- pear2/Net RouterOS - Wiki

e. Kesimpulan
Dengan contoh script diatas apakah teman-teman sudah mendapat gambaran bagaimana mengembangkan penggunaannya? Pada dasarnya kita hanya menyesuaikan format penulisan dan pemanggilannya saja dan selebihnya tidak terlalu berbeda dengan kita mengkonfigurasi melalui CLI. Untuk teman-teman yang ingin mempelajari lebih lanjut dapat mengunjuki Wiki nya disini.

Cukup sekian yang dapat saya tuliskan, semoga bermanfaat bagi teman-teman semuanya!
Dan seperti biasa, Terima Kasih!
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Tuesday, May 9, 2017

Konfigurasi Sederhana Routing OSPF MikroTik dengan pfSense

  No comments
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Pada artikel ini saya akan menuliskan mengenai bagaimana mengkonfigurasi Routing Dinamis (Dynamic Routing) antara Router MikroTik Routerboard dengan Router pfSense.

a. Pengertian
Routing Dinamis singkatnya, merupakan sebuah kemampuan Router dimana Router tersebut dapat menyesuaikan Tabel Routing nya secara otomatis dengan cara berhubungan dengan Router lain melalui protokol routing yang digunakan (dalam artikel ini OSPF)

b. Latar Belakang
Latar belakang dari diterapkannya Routing Dinamis disini adalah karena Jaringan yang saya administrasi sudah berkembang cukup besar dan akan terlalu banyak konfigurasi apabila menggunakan Routing Statis, juga tentu saja cukup repot dan memusingkan.

Dan latar belakang penggunaan Protokol OSPF sebagai protokol Routing Dinamis disini dikarenakan pertimbangan Skala Jaringan yang nantinya akan saya bangun. Dikarenakan penggunaan Protokol RIP mempunyai kekurangan yaitu memiliki batas 15 Hop, sedangkan OSPF tidak terbatas.

c. Maksud dan Tujuan
Tujuannya adalah agar memudahkan Administrator Jaringan mengkoneksikan seluruh Segmen Jaringan dan dapat membuatnya saling berkomunikasi.

d. Waktu Pengerjaan
Waktu yang diperlukan untuk melakukan konfigurasi ini kurang lebih 10-15 Menit

e. Alat dan Bahan
- PC
- 1x Router MikroTik
- 1x Router pfSense

f. Topologi
Ini merupakan sebagian kecil dari topologi yang sebenarnya,

g. Langkah Pengerjaan
1. Login ke MikroTik
Disini saya akan mengkonfigurasi Mikrotiknya terlebih dahulu, silahkan teman-teman login ke Router masing-masing dengan Winbox.

2. MikroTik OSPF: Menambahkan Network
Selanjutnya silahkan buka menu Routing -> OSPF. Disini kita tidak akan menyentuh apapun selain di Tab Network. Pada tab ini silahkan masukkan Subnet Jaringan yang terkoneksi ke Router MikroTik teman-teman. Disini saya mempunyai beberapa Subnet yang mengarah ke Server dan Jaringan Lab.

Untuk menambahkan, silahkan teman-teman klik tombol [+]. Kita hanya akan mengubah Network nya saja, untuk Area karena topologi kita masih sangat sederhana dan di pengaplikasian realnya masih di satu gedung maka kita tidak akan membuat Area baru melainkan menggunakan Area defaultnya yaitu Backbone. Untuk diketahui dalam OSPF, Area Backbone atau (0.0.0.0) adalah area default yang harus ada dan biasanya sudah ada secara otomatis.
Konfigurasi OSPF Routing pada MikroTik hanya sampai disini.  Selanjutnya kita akan mulai mengkonfigurasi Router pfSense untuk Routing Dinamis OSPF.

3. pfSense OSPF: Perbarui Sistem
Sebelum kita melangkah, silahkan teman-teman pastikan pfSense nya sudah up-to-date dengan melakukan Update. Saya sarankan lakukan Update melalui Console untuk meminimalisir interupsi yang mungkin terjadi.
4. pfSense OSPF: Instalasi Paket Quagga OSPF
Sesudah sistem dalam keadaan Up-to-date, selanjutnya teman-teman dapat melakukan Instalasi Paket Quagga OSPF. Quagga OSPF merupakan paket tambahan yang biasanya ada di Distro Linux ataupun BSD untuk membuat konfigurasi Routing Dinamis seperti OSPF, RIP, dan BGP.

Untuk menginstallnya kita dapat menggunakan Web Configurator dan cukup menuju menu System -> Package Manager -> Available Packages. Kemudian cari dengan kata kunci "ospf" lalu Install Quagga_OSPF. Tunggu beberapa saat sampai Instalasi selesai, akan ada pesan untuk menambahkan beberapa konfigurasi ke /etc/rc.local saat instalasi selesai, kita abaikan saja pesan ini.

5. pfSense OSPF: Konfigurasi Quagga OSPF - Interface OSPF
Selanjutnya kita mulai mengkonfigurasi Quagga OSPFnya. Menu untuk mengkonfigurasi Quagga OSPF terdapat di menu Services -> Quagga OSPFd.

Pertama kita akan mengkonfigurasi Interface yang akan diikutkan dalam Routing OSPF ini. Disini saya akan memasukkan Interface WAN yang terkoneksi ke MikroTik, Interface LAN yang terkoneksi ke Switch Lab, dan Interface OPT1 yang terkoneksi ke Server-server Lab.

Untuk menambahkan Interface silahkan menuju Tab Interface Settings dari Menu Quagga OSPFd lalu klik Add. Interface yang saya tambahkan dan apa yang saya ubah ketika menambahkannya:
-- WAN
Network Type = Broadcast
Area = 0.0.0.0
-- LAN
Network Type = Not Specified (Default)
Area = 0.0.0.0
Interface is Passive = Yes (checklist)
-- OPT1
Network Type = Not Specified (Default)
Area = 0.0.0.0
Interface is Passive = Yes (Checklist)
Jika teman-teman bertanya kenapa saya memberikan Checklist pada opsi Interface is Passive di kedua Interface Lokal adalah karena tidak ada Router lagi yang terhubung dengan Interface-interface Lokal tersebut, sehingga akan lebih baik jika kita mengkonfigurasi Interface tersebut menjadi Stub Network alias Jaringan yang berada di paling ujung dimana tidak ada Router lagi yang terkoneksi setelahnya.
6. pfSense OSPF: Konfigurasi Quagga OSPF
Jika sudah selanjutnya kita kembali ke Tab Global Settings. Disini saya hanya akan mengubah:
- Master Password = (Masukkan Password untuk Administrasi CLI Quagga)
- Logging = Yes
- Log Adjency Changes = Yes
- Router ID = (Identitas Router, Dapat diisi dengan IP WAN yang didapat)
- Area =  (Masukkan Area yang ingin pfSense masuki)

Simpan konfigurasinya apabila sudah disesuaikan. Kemudian lakukan Restart Service Quagga OSPFd dan Quagga Zebra melalui Menu Status -> Services dan pastikan kedua service tersebut sudah berjalan.
7. Cek Hasil
Tahap akhir kita lakukan cek untuk mengetahui hasilnya apakah Router MikroTik dan pfSense sudah saling berhubungan melalui Protokol Routing OSPF ataukah belum.

- Cek Hasil melalui MikroTik
Apabila konfigurasi sudah benar dan kedua router sudah saling berkomunikasi maka jika kita membuka menu Routing -> OSPF -> Neighbors maka akan muncul Router ID dari pfSense dan Statusnya adalah Full serta Nilai State Change nya sudah pasti lebih dari 1. Selain itu jika kita mengecek Menu IP -> Route maka akan muncul List baru di Tabel Routing dengan Flag DAo (Dynamic, Active, OSPF)
- Cek Hasil melalui pfSense
Kita bisa mengecek apakah Router MikroTik sudah berkomunikasi dengan pfSense melalui Menu Services -> Quagga OSPFd -> Status. Pada bagian Quagga OSPF Neighbor dan Quagga OSPF Database akan muncul Router ID dari MikroTik. Juga jika kita mengecek Tabel Routingnya kita akan menemukan Route baru yang dihasilkan dari OSPF ini, kita dapat mengeceknya melalui Menu Diagnostics -> Routes.

8. Troubleshoot Masalah Yang Ditemui
Ketika saya mengkonfigurasi ini untuk pertama kalinya, Link-State dari pfSense saya tidak dapat masuk ke MikroTik dan juga sebaliknya, beberapa kali mengulangi juga tetap sama. Masalah mulai sedikit terpecahkan ketika saya mencoba mengganti posisi topologi pfSense dengan Ubuntu Server yang juga menggunakan Quagga untuk Paket Routing OSPF nya. Hasilnya adalah Link-State dari Ubuntu saya dan Interface Lokalnya dapat masuk ke MikroTik dan Sebaliknya.

Usut punya usut, masalah ini disebabkan karena secara default pfSense melakukan tindakan Drop pada semua Paket yang masuk ke Interface WAN. Dan masalahpun terpecahkan dengan menambah Rule baru di Menu Firewall -> Rules yang isinya adalah untuk melakukan Pass Packet pada semua tipe protokol alias menerima semua paket yang masuk ke Interface WAN. Meski sedikit berbahaya karena menerima semua paket namun untuk sementara akhirnya masalah terpecahkan dan sekarang MikroTik dan pfSense saya sudah dapat berkomunikasi dan Routing OSPFnya pun berjalan.

h. Referensi
- Mikrotik Wiki - OSPF Case Studies

i. Kesimpulan
Dengan menggunakan Routing Dinamis kita tidak akan terlalu repot dalam mengkoneksikan segmen-segmen dalam Jaringan yang besar karena kita tidak menambahkan Static Route satu persatu pada setiap perangkat Jaringan yang tentu saja sangat memusingkan dan tidak efisien.

Cukup sekian yang dapat saya tulis, semoga bermanfaat bagi teman-teman semuanya!
Dan seperti biasa, Terima Kasih!
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Monday, April 24, 2017

Langkah Cepat Pemaketan Aplikasi Untuk Distro Berbasis Debian

  No comments
Illustration | Source Image: Gudang Linux
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Di artikel ini saya akan menuliskan mengenai cara mudah dalam melakukan pengemasan atau pemaketan aplikasi teman-teman menjadi file matang berekstensi .deb yang siap untuk diinstall.

a. Pengertian
Pemaketan adalah suatu cara yang digunakan untuk mengemas satu atau sekumpulan file aplikasi dan konfigurasi menjadi satu kesatuan file yang nantinya akan memudahkan pengguna lain yang ingin menggunakan aplikasi tersebut dalam proses instalasinya.

b. Latar Belakang
Ide belajar pemaketan saya datang dari bagaimana saya memberikan solusi untuk Teman-teman serta Guru di sekolah saya yang menggunakan OS GNU/Linux dan ingin menjalankan Aplikasi berbasis Windows dengan Emulator Wine di Linux.
Masalahnya adalah terlalu repot dalam menjalankan aplikasinya karena tidak langung klik Aplikasinya di Start Menu atau Quick Launch seperti di Windows. Padahal sebenarnya masalah ini dapat diselesaikan cukup dengan membuat Shortcutnya. Namun karena bagi mereka ini cukup sulit dilakukan, maka saya akhirnya membuatkan paket aplikasi tersebut beserta Shortcutnya sehingga sesudah diinstall akan langsung muncul di Start Menu.

c. Maksud dan Tujuan
Tujuan dari artikel ini adalah untuk sebagai referensi bagi teman-teman yang ingin melakukan hal yang sama yang nantinya akan bermanfaat dan memudahkan orang lain.

d. Waktu Pengerjaan
Waktu yang diperlukan untuk melakukan pemaketan ini tergantung dari besar aplikasi yang ingin dipaketkan, namun umumnya untuk file kecil tidak sampai 5 menit totalnya.

e. Alat dan Bahan
- PC dengan OS berbasis Debian
- Aplikasi yang ingin dipaketkan
- Teks Editor

f. Langkah Pengerjaan
1. Ketahui Penamaan Paket
Sebelum kita memulai pembuatannya, alangkah baiknya kita mempelajari sejenak mengenai format standar dalam pemaketan aplikasi khususnya yang berbasis Debian ini. Umumnya penamaan paket menggunakan format sebagai berikut:
<namapaket>_<versi_major>.<versi_minor>-<package revision>
Maka jika kita mengikuti standar, maka penamaan paket kita akan menjadi, contohnya:
namapaketku_1.0-1
Dimana namapaketku adalah Nama Paket, 1 adalah Versi Major, 0 Versi Minor, dan 1 adalah Kode Revisi Paket atau Version Controller nya.

2. Buat Direktori
Selanjutnya yang akan kita lakukan adalah mempersiapkan Direktori untuk Aplikasi kita nantinya. Perlu diketahui struktur direktori yang teman-teman buat disini akan digunakan ketika paket yang teman-teman buat akan diinstall, sehingga letak aplikasi teman-teman akan mengikuti struktur direktori yang dibuat pada saat pemaketan.

Contohnya disini saya ingin memaketkan Aplikasi Winbox Versi 3.11 beserta Shortcut dan Iconnya. Saya ingin Aplikasi dan Icon berada di Direktori /opt/winbox dan Shortcutnya berada di /usr/share/applications. Maka saya akan membuat struktur direktorinya sebagai berikut:
~$ mkdir winbox_3.11-0
~$ cd winbox_3.11-0
winbox_3.11-0$ mkdir -p usr/share/applications
winbox_3.11-0$ mkdir -p opt/winbox
Kemudian saya masukkan file Aplikasi Winbox dan Icon nya ke folder winbox_3.11-0/opt/winbox dan Shortcutnya saya masukkan ke winbox_3.11-0/usr/share/applications.
3. Buat Metadata Paket
Kemudian kita buat File Metadata mengenai Paket kita agar dapat dikenali oleh Package Manager. Untuk membuatnya kita perlu menambahkan sebuah direktori baru bernama DEBIAN dan file bernama control yang diletakkan didalam folder DEBIAN.
winbox_3.11-0$ mkdir DEBIAN
winbox_3.11-0$ nano DEBIAN/control
Isi dari file control umumnya adalah seperti ini:
Package: winbox-unoru
Version: 3.11-0
Section: utils
Priority: optional
Architecture: all
Depends: wine
Installed-Size: 1609
Maintainer: Fajar Ru <kzofajar@gmail.com>
Homepage: https://hizzely.github.io/
Description: This is an Unofficial Winbox Packages!
 This package contains MikroTik Winbox version 3.11
 and pre-configured Winbox Shortcut that could be
 used on most Linux Distributions.
Sedikit penjelasan mengenai hal-hal diatas:
Package = Isikan Nama paket disini, bisa diisikan huruf, angka, tapi tidak boleh terdapat spasi.
Version = Isikan Versi Paket disini
Section = Dapat diisi jika ingin memasukkan Aplikasinya kedalam Grup berdasarkans Section.
Priority = Prioritas paket dalam sistem, karena ini hanya Utility maka saya berikan Optional.
Depends = Masukkan nama paket yang harus ada jika ingin menginstall aplikasinya.
Description = Masukkan deskripsi paketnya disini. Perhatikan Spasi pada baris kedua dan ketiga. Spasi tersebut harus ada dan bukan tanpa sebab!

Selengkapnya mengenai field-field yang ada dapat teman-teman cek dari Manpage Ubuntu.
4. Cek Permission
Satu langkah sebelum pemaketan, sebelumnya pastikan direktori DEBIAN dan file control didalamnya tidak dalam keadaan chmod 777 karena akan memunculkan error apabila dimulai pemaketannya. Berikan chmod paling tidak 755.
winbox_3.10-0$ chmod 755 DEBIAN -R
5. Build Paket
Setelah semuanya siap, saatnya kita lakukan pemaketannya. Jalankan perintah berikut diluar folder yang ingin kita paketkan. Ubah yang saya cetak biru menjadi nama folder yang teman-teman buat diawal.

~$ dpkg-deb --build winbox_3.10-0

Pemaketan akan berjalan, lama proses tergantung dari besar aplikasi yang teman-teman paketkan.
Jika sudah selesai maka akan muncul file baru berekstensi .deb yang siap untuk diinstall! :)
g. Referensi
- Ubuntu Forum - How to make a "basic" .deb
- Ubuntu Manpage - Debian master control file format

h. Kesimpulan
Kita telah mempelajari salah satu cara pemaketan yang dapat digunakan untuk membuat Paket Aplikasi Debian, namun untuk memasukkan Aplikasi yang kita paketkan ke Repository Resmi haruslah menggunakan cara lain yang memang sesuai standarnya.

Cukup sekian yang dapat saya tulis, semoga bermanfaat bagi teman-teman semuanya!
Dan seperti biasa, Terima Kasih!
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Wednesday, April 19, 2017

Konfigurasi MikroTik untuk Komunikasi Layer 2 Antar Perangkat dengan VLAN

  No comments
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Hampir dua minggu sudah saya kembali ke sekolah, setelah tugas-tugas non-produktif saya kerjakan akhirnya saya bisa ngelab kembali hehe.

Di artikel ini saya akan menuliskan mengenai Konfigurasi Dua Perangkat MikroTik untuk Berkomunikasi melalui Layer 2 Dengan VLAN.

a. Pengertian
VLAN atau Virtual LAN adalah suatu cara yang dapat digunakan untuk membangun lebih dari satu jaringan LAN didalam sebuah Interface Fisik. Contoh pengaplikasiannya adalah pada sebuah Backbone yang kuat yang didalamnya terdapat beberapa Jaringan LAN (VLAN) yang nantinya akan dipisah kembali berdasarkan VLAN ID masing-masing.

b. Latar Belakang
Karena saya mencari solusi agar penggunaan Kabel LAN untuk koneksi antar Lab dapat seefisien mungkin dan dapat berfungsi semaksimal mungkin.

c. Maksud dan Tujuan
Tujuan dari konfigurasi ini adalah selain membuat efisien kabel juga akan membuat komunikasi antar Host menjadi lebih mudah karena pada dasarnya kita seperti terkoneksi ke Satu Jaringan yang sama meski faktanya kita terkoneksi melalui Router atau Switch yang berbeda.

d. Waktu Pengerjaan
Waktu yang digunakan untuk melakukan pengejaan ini kurang lebih 5-10 Menit.

e. Alat dan bahan
- PC
- Emulator Wine (apabila diperlukan)
- Aplikasi Winbox
- 2 buah Perangkat MikroTik
- 2 buah Kabel UTP RJ45

f. Topologi
g. Langkah Pengerjaan
Untuk sekedar informasi, sebelum memulai pengerjaan kedua Router sudah saya Reset Konfigurasinya dengan opsi No Default Configuration. Sehingga Kedua Router benar-benar bersih.

1. Login ke Mikrotik Pertama melalui Winbox (RB951Ui-2nD)
Pertama silahkan teman-teman Login ke Mikrotik yang akan pertama kali di konfigurasi.

2. Buat VLAN pada Interface Fisik.
Selanjutnya kita buat Interface VLAN yang diletakkan kedalam sebuah Interface Fisik Mikrotik, dimana interface fisik ini nantinya akan berfungsi sebagai Trunk Port untuk mengkoneksikan kedua MikroTik. Sesuai Topologi, saya akan membuat Interface VLAN didalam Port 5 di Mikrotik yang pertama dan di Mikrotik kedua saya membuatnya di Port 1.

Saya akan membuat Dua Buah VLAN dengan masing-masing VLAN ID adalah 10 dan 20. Cara membuatnya cukup mudah yakni kita buka Menu Interface dari menu utama kemudian menuju Tab VLAN lalu kita klik Tombol [+] untuk menambahkan. Hal yang kita sesuaikan adalah:
Name = Berikan nama VLAN disini
VLAN ID = Sesuaikan VLAN ID. Pastikan VLAN ID tidak ada yang sama
Interface = Pilih Interface dimana VLAN ini akan aktif
Sampai poin ini kita sudah membuat sebuah Trunk Port dengan Dua VLAN didalamnya pada kedua perangkat Mikrotik, namun agar kita bisa berkomunikasi dengan menggunakan VLAN-VLAN tersebut kita memerlukan Access Port.

3. Buat Interface Bridge untuk Bridging VLAN dan Interface Fisik
Agar kita dapat berkomunikasi menggunakan VLAN-VLAN tersebut kita akan membuat Interface Bridge yang akan menjembatani Interface VLAN dan Interface Fisik yang ingin dijadikan Access Port untuk VLAN yang ditentukan. Lakukan hal ini dikedua perangkat dengan peletakan Port dan konfigurasinya menyesuaikan.

Untuk membuat Interface Bridge kita cukup menuju menu Bridge dari Menu Utama kemudian kita klik Tombol [+] untuk menambahkan Interface. Kemudian kita cukup menyesuaikan Nama Bridge nya kemudian klik OK untuk membuat. Jika kalian membuat Interface VLAN lebih dari satu maka banyaknya Interface Bridge yang harus dibuat juga menyesuaikan jumlah VLAN yang ada.

Masih di menu Bridge, untuk menambahkan Interface VLAN dan Interface Fisik kedalam Bridge yang telah dibuat, kita menuju Tab Ports. Klik Tombol [+] untuk menambahkan, hal-hal yang diperhatikan adalah Bagian Interface dan Bridge. Satu Set Bridge akan berisi sebuah Interface VLAN dan Interface-interface fisik yang akan dijadikan Access Port untuk VLAN tersebut. Lakukan hal yang sama pada Interface Bridge yang lain.

Jika sesuai dengan Topologi maka saya akan memasukkan Interface WLAN fisik kedalam Bridge VLAN 10 dengan  kondisi konfigurasi VLAN di Wirelessnya dalam keadaan No Tag.

4. Tes Konfigurasi
Sampai disini seharusnya kedua perangkat Mikrotik sudah dapat terkoneksi melalui Layer 2, teman-teman dapat mencobanya dengan membuka menu IP -> Neighbors atau membuka Winbox baru. Jika sudah terkoneksi maka kedua Mikrotik akan tampil dalam Menu atau Tab Neighbors.

Teman-teman juga bisa melakukan Tes Ping antar Perangkat Client yang sudah disetting IPnya secara Static di masing-masing perangkat. Dan jangan lupa pastikan kedua Client berada pada VLAN ID yang sama, karena pada dasarnya VLAN adalah LAN maka jika berbeda VLAN ID maka akan dianggap berbeda Segmen/Network, dan secara default kita tidak akan bisa berkomunikasi dengan perangkat yang berada di VLAN yang berbeda. Namun kita bisa membuatnya berkomunikasi dengan membuatkan Routing.

h. Referensi
- MikroTik Wiki - Vlans on Mikrotik environment

i. Kesimpulan
Dengan menggunakan VLAN, kita akan dapat membuat topologi jaringan yang praktis dan efisien. Baik dari segi alat bahan dan konfigurasinya. Dan hal yang saya sukai dari komunikasi Layer 2 ini adalah meski kita mempunyai Segmen IP atau Subnet yang berbeda asalkan kita berada di VLAN ID yang sama maka kita akan tetap dapat berkomunikasi.

Cukup sekian yang dapat saya tulis, semoga bermanfaat bagi teman-teman semuanya!
Dan seperti biasa, Terima Kasih!
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Friday, April 7, 2017

Hal-hal yang saya lakukan sesudah Instalasi Manjaro 17.0.1 Gellivara KDE

  4 comments
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Di artikel ini saya akan menuliskan mengenai Hal-hal apa saja yang saya lakukan sesudah menginstal Linux Manjaro 17.0.1 Gellivara Edisi Desktop KDE.

a. Pengertian
GNU/Linux Manjaro, adalah salah satu Distribusi Linux yang menjadi turunan dari Archlinux. Meski berbasi Archlinux, Manjaro sangatlah berbeda. Apabila Archlinux dikenal sebagai distro yang highly customizable karena kita diharuskan (dapat) menginstall paket-paket yang dibutuhkan sendiri, maka Manjaro adalah sebaliknya. Manjaro sangatlah user-friendly bagi pengguna yang tidak terbiasa atau tidak mengerti mengenai Instalasi Linux dengan metode full manual seperti Archlinux.

b. Latar Belakang
Karena mungkin masih banyak teman-teman yang bingung mengenai apa yang sebaiknya dilakukan ketika setelah Instalasi Distro supaya Distro yang diinstall dapat berfungsi sesuai kebutuhan kita.

c. Maksud dan Tujuan
Tujuan dari penulisan artikel ini adalah agar dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi teman-teman yang sedang merasa kebingungan mengenai Aplikasi-aplikasi apa saja yang biasa diinstall ketika menggunakan OS Linux terutama Distro Manjaro.

d. Waktu Pengerjaan
Waktu yang digunakan untuk melakukan konfigurasi ini kurang lebih sekitar 15-30 Menit tergantung dari kecepatan koneksi internet masing-masing.

e. Alat dan Bahan
- PC yang sudah terinstall Manjaro
- Koneksi Internet yang memadai

f. Langkah Pengerjaan
Artikel ini mengasumsikan teman-teman sudah melakukan Instalasi Manjaro di PC masing-masing dan belum melakukan apapun.

1. Sinkronisasi Versi Paket dan Upgrade
Untuk melakukan Sinkronisasi (Update) Versi Paket PC kita ke Repository, yang kita lakukan adalah:
~$ sudo pacman -Syu
2. Mengembalikan Konfigurasi Double-Click
Secara default di Desktop KDE, konfigurasi Mouse akan menjadi Single-Click dan apabila kalian menggunakan Touchpad maka tidak akan bisa melakukan Click. Nah kita akan mengembalikannya dengan cara membuka System Settings -> Input Device -> Mouse. Kita pilih Double-click to open files and folders untuk mengembalikan fungsi Double-click. Kemudian kita menuju menu Touchpad, kita berikan check pada Mouse Click Emulation untuk mendapatkan fungsi click di Touchpad.
3. Install Driver (NVIDIA)
Kebetulan Laptop saya menggunakan Grafis NVIDIA, dan juga mengingat KDE sangat memerlukan akselerasi Grafis yang cukup maka saya memutuskan untuk memakai Driver Proprietary NVIDIA. Untuk menginstall Driver di Manjaro pun tidak terlalu berbeda dengan Ubuntu, kita cukup membuka System Settings -> Hardware Configuration -> Kemudian kita Klik Auto Install Open Source/Proprietary Drivers sesuai dengan Driver yang tersedia disana, tanda Open Source atau bukan jika Open Source maka akan ada Mark atau tanda disana.
4. Install Emulator Wine
Karena saya memerlukan Wine untuk menjalankan aplikasi-aplikasi berbasis Windows yang saya gunakan setiap harinya. Untuk menginstall Wine kita cukup mengetikkan perintah:
~$ sudo pacman -S wine
5. Install Google Chrome
Saya terbiasa menggunakan Browser Google Chrome karena selain Bookmark saya yang sudah terlalu banyak di akun Google saya, juga lebih nyaman karena sekali login di Chome saya tidak perlu login lagi jika ingin mengakses layanan Google.

Nah untuk menginstall Google Chrome di Manjaro sendiri membutuhkan sedikit trik, kita akan memakai aplikasi Octopi untuk menginstallnya. Octopi dapat dibuka melalui Menu System -> Octopi. Silahkan ketikkan "chrome" tanpa tanda kutip pada pencarian kemudian tekan Enter, maka teman-teman tidak akan menemukannya. Lalu bagaimana? kita bisa memakai Repo AUR untuk instalasi Google Chrome, caranya adalah dengan mengklik Icon Alien berwarna hijau disebelah kotak pencarian, Icon Alien ini sebenarnya adalah tombol untuk mengaktifkan yaourt yaitu Tool seperti pacman yang biasa digunakan untuk menginstall Aplikasi dari Repo AUR. Kemudian cobalah untuk mencari dengan kata kunci yang sama. Dan voila! Untuk menginstallnya silahkan klik kanan pada paket google-chrome kemudian klik Install, Octopi akan membuka Terminal untuk Instalasinya.
6. Install Oracle VirtualBox
VirtualBox seperti aplikasi wajib yang harus ada di Laptop saya karena saya sering membuat Lab Uji Coba pada sisi Server secara Virtual.
Masih di Octopi dengan posisi Icon Alien nya aktif, silahkan cari dengan keyword "virtualbox-bin" tanpa tanda kutip.
7. Install GIMP
Secara default memang Manjaro sudah membawakan aplikasi Grafis yang cukup banyak, namun tidak termasuk dengan GIMP. Nah jika teman-teman terbiasa dengan GIMP dan ingin menginstallnya, maka teman-teman bisa masukkan perintah:
~$ sudo pacman -S gimp
8. Install WPS Office
Teman-teman sudah bisa menebak Aplikasi office apa yang tersedia secara default, ya LibreOffice! Meski LibreOffice mempunyai fitur yang cukup lengkap namun menurut saya WPS Office jauh lebih kompatibel dengan Format Microsoft Office yang baru yaitu *.docx dan kawan-kawannya. Untuk teman-teman yang ingin menginstallnya bisa melalui Octopi dan mengetikkan "wps", dan jangan lupa Hidupkan Repo AUR dengan mengklik Icon Alien.
9. Install Audacious
Ya secara default memang Manjaro sudah men-shipping VLC Player, namun menurut saya VLC Player tidak terlalu cocok apabila difokuskan untuk hanya memutar Musik. Sehingga saya lebih memilih untuk menginstall Audio Player yaitu Audacious yang juga biasa saya gunakan ketika menggunakan Ubuntu. Untuk menginstallnya teman-teman bisa memasukkan perintah:
~$ sudo pacman -S audacious
10. Sesuaikan Compositor
Apakah kalian merasa animasi di PC kalian tidak responsif meski sudah menggunakan Driver Grafis terbaru? mungkin jawabannya ada di Compositornya. Secara default waktu animasi yang disetting di Compositor cenderung agak lambat dan akan terasa tidak responsif apabila digunakan untuk Multitasking. Nah teman-teman bisa mengurangi Waktu Animasi tersebut dengan melalui System Settings -> Display and Monitor -> Compositor. Untuk mengurangi silahkan geser ke kiri, semakin ke-kiri maka animasi semakin cepat.
g. Referensi
--

h. Kesimpulan
Hal yang dilakukan ketika sudah menginstall sebuah Distro sebenarnya hanyalah preferensi dari masing-masing pribadi, namun tidak sedikit pula yang mempunyai kesamaan. Jadi teman-teman tidak harus mengikuti apa yang saya lakukan pada artikel ini.

Cukup sekian yang dapat saya sampaikan, semoga bermanfaat bagi teman-teman semuanya!
Dan seperti biasa, Terima Kasih!
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Thursday, April 6, 2017

Mempelajari Penggunaan Package Manager (Pacman) di Arch Linux

  1 comment
Archlinux with Pacman | Source Image: Scerbos.com
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Di artikel ini saya akan menuliskan mengenai Penggunaan Package Manager yang digunakan di Distro Arch Linux yaitu Pacman.

a. Pengertian
Pacman (*gaya penulisan: pacman) atau Package Manager adalah salah satu fitur yang membedakan pada Distro Arch Linux. Berbeda dengan Aptitude yang digunakan pada Distro turunan Debian, di Arch Linux ketika melakukan instalasi paket dengan pacman kita tidak hanya bisa menginstalnya dengan mudah namun juga bisa mengubahnya dengan sistem Simple-Build yang sudah disediakan.

b. Latar Belakang
Saya mempelajari Package Manager yang digunakan oleh Arch Linux karena saya memakai Distro yang diturunkan dari Arch Linux yaitu Manjaro. Dimana Manjaro menggunakan Package Manager yang sama dengan Arch Linux yaitu pacman. Oleh karena itu selain mempunyai Repository sendiri, Manjaro juga dapat menggunakan Repository Arch User Repository atau AUR milik Arch Linux (AUR mirip seperti PPA di Ubuntu).

c. Maksud dan Tujuan
Tujuan dari Penulisan Artikel ini adalah untuk membantu teman-teman yang ingin berpindah dan ingin mempelajari Distro yang berbasis Arch Linux, khususnya Manjaro.

d. Waktu Pengerjaan
Waktu yang digunakan untuk mempelajari Package Manager ini relatif antar individu, namun saya akan generalisasi menjadi 30 Menit sampai 1 Jam.

e. Alat dan Bahan
- PC yang sudah terinstall Manjaro
- Akses Internet

f. Langkah Pengerjaan
Untuk memakai pacman ini teman-teman diharuskan mempunyai akses Sudo atau Super User (root).

Untuk penggunaan Perintah pacman sebenarnya cukup unik, karena kita bisa menggabungkan beberapa Opsi Perintah menjadi satu yang mungkin fungsinya bisa berbeda ataupun bertambah. Berikut ini adalah Perintah utama yang dapat digunakan di pacman, penggunaan pacman <perintah_utama>
-Q = Query, untuk mengeeck paket yang terinstall dan metadatanya.
-F = File Query, hampir sama seperti -Q namun scope hanya di Repo
-R = Remove, untuk menghapus paket atau group paket
-S = Sync, untuk mensinkronisasi paket dan menginstall langsung paket beserta dependensi dari Repository
-U = Upgrade, untuk mengupgrade paket yang sudah ada atau menginstall paket melalui URL atau File (Offline)
-D = Database, perintah yang berurusan dengan Database Paket
Itu merupakan perintah utama, dengan Modal Perintah Utama tersebut sebenarnya ada Chain Option atau Opsi Gabungan yang dapat digunakan bersama dengan Perintah Utama diatas. Perintah-perintahnya antara lain:

OPSI NON-CHAIN:
--gpgdir <dir>, untuk melokasikan Key. Default: /etc/pacman.d/gnup

CHAIN untuk -S,-R, dan -U
-d = Skip Check Versi dari Dependensi paket

CHAIN -Q
-Qc = Changelog
-Qg = Display semua Paket di Grup tersebut
-Qs = Cari paket yang sesuai dengan RegEx
-Qu = Cek Versi ke Repo untuk Upgrade

CHAIN -R
-Rs = Remove Recursive, Hapus beserta Dependensi
-Ru = Remove Paket beserta Dependensi yang tidak dibutuhkan
-Rc = Rmove Paket beserta Semua Dependensi yang dibutuhkan dan tidak.
-Rn = Abaikan Backup

CHAIN -S
-Sc = Sinkronkan Paket dan Bersihkan Cache
-Sg = Lihat Paket didalam Grup yang dimasukkan
-Sl = Lihat Paket di Repo yang dimasukkan
-Ss = Cari Paket di Repo berdasarkan RegEx
-Su = Upgrade Total Paket
-Suu = Downgrade paket
-Sw = Download Paket tanpa Install
-Sy = Download Database paket dari Server Repo

CHAIN -D
-Dk = Cek Database Paket Lokal apakah ada kekurangan Dependensi, Konflik, ataupun Duplikat.
-Dkk = Cek Database Repo apakah semua dependensi tersedia (terinstall)

CHAIN -F
-Fy = Mendownload Database Paket yang baru dari Repo
-Fyy = Mendownload Paksa Database Paket dari Repo meski sudah terbaru

Nah jika sudah dicampur dengan Opsi Gabungan, maka perintahnya menjadi:
~$ sudo pacman <chain_command>
contoh:
~$ sudo pacman -Sc
Ya mungkin awalnya cukup membingungkan karena banyaknya perintah yang bervariasi yang bisa kita gunakan :)

g. Referensi
- ArchWiki - pacman
- DigitalOcean - How to Use Arc Linux Package Management
- ArchLinux - Pacman Home Page

h. Kesimpulan
Sebenarnya masih ada lagi perintah-perintah yang dapat digunakan di pacman namun tidak saya cover sepenuhnya karena saya sendiri belum mencobanya, saya hanya mengcover perintah-perintah yang sudah saya coba.

Cukup sekian yang dapat saya tulis, semoga bermanfaat bagi teman-teman semuanya!
Dan seperti biasa, Terima Kasih!
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Wednesday, April 5, 2017

Tips Dual Boot Manjaro 17.0.1 Gellivara dengan Windows 10 (GPT/MBR)

  8 comments
Illustrasi | Source Image: NextSource @ DeviantART
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Di artikel ini saya akan menuliskan mengenai Tips Instalasi Distro Linux Manjaro 17.0.1 yang dikonfigurasi untuk Dual Boot dengan Windows 10. Yap karena kebetulan Laptop saya masih tertanam lisensi bawaan Windows 8.1 dan masih valid untuk aktivasi Windows 10 Home SL, hehe.

a. Pengertian
GNU/Linux Manjaro, adalah salah satu Distribusi Linux yang menjadi turunan dari Archlinux. Meski berbasi Archlinux, Manjaro sangatlah berbeda. Apabila Archlinux dikenal sebagai distro yang highly customizable karena kita diharuskan (dapat) menginstall paket-paket yang dibutuhkan sendiri, maka Manjaro adalah sebaliknya. Manjaro sangatlah user-friendly bagi pengguna yang tidak terbiasa atau tidak mengerti mengenai Instalasi Linux dengan metode full manual seperti Archlinux.

b. Latar Belakang
Karena meski keseharian saya selalu memakai OS Linux terkadang saya masih memerlukan OS Windows untuk melalukan beberapa tugas yang saya tidak bisa lakukan di Linux, contohnya melakukan Print Dokumen yang mana driver dari printer yang bersangkutan tidak mendukung OS Linux.

c. Maksud dan Tujuan
Tujuan dari ditulisnya Tips ini adalah sebagai referensi bagi teman-teman yang ingin mencoba Distro non Debian/Ubuntu-based dengan konfigurasi Dual Boot agar tidak salah dalam pemartisian yang berakibat hilangnya data.

d. Waktu Pengerjaan
Waktu yang digunakan untuk melakukan konfigurasi ini kurang lebih 5 Menit.

e. Alat dan Bahan
- DVD/Bootable USB Linux Manjaro
- PC yang sudah terinstall Windows 10

f. Langkah Pengerjaan
Jika teman-teman mengikuti Tips ini maka akan saya asumsikan bahwa teman-teman sudah melakukan Instalasi Windows 10 dan sudah menyiapkan Partisi khusus untuk Linux Manjaro-nya.

Nah sebelum kita masuk ke Instalasi Manjaro, kita akan cek terlebih dahulu Model Partisi apa yang kita gunakan, karena berbeda Model Partisi maka konfigurasi agar dapat Dual Boot juga akan berbeda. Untuk Model Partisi sendiri ada 2 yaitu Master Boot Record (MBR) dan GUID Partition Table (GPT), Model Partisi tidak akan berpengaruh apabila hanya digunakan untuk menyimpan data yang sifatnya Non-bootable atau Non-OS, namun akan sangat berpengaruh apabila digunakan untuk Active Boot atau OS.

Berpengaruhnya ada pada Bootloadernya, Hal yang membedakan MBR dengan GPT salah satunya adalah peletakkan file Bootloader dari masing-masing sistem operasi. Apabila MBR posisi Bootloader akan menyatu dengan partisi sistem maka di GPT akan ada Partisi terpisah yang akan menyimpan semua Bootloader dari OS yang ada. Itulah kenapa meski jika ada Skenario Kita sudah Dual Boot namun GRUB kita mengalami error sampai GRUB Rescue kita tetap bisa masuk ke Windows dan OS lain karena Bootloader mereka terpisah.

Untuk melihat partisi-partisi kita di Windows, kita bisa membuka Disk Management yang bisa diakses dari Klik Kanan Computer -> Manage -> Disk Management. Cara mengidentifikasi yang paling mudah apakah Partisi kita MBR atau GPT adalah dengan melihat apakah ada Flag atau Deskripsi EFI System Partition di salah satu partisi yang ada, jika ada berarti GPT apabila tidak berarti MBR. Selain itu lihat juga total partisi yang ada disana, Normalnya apabila kita menginstal Windows dalam mode UEFI maka Installer akan membuat total 4 Partisi untuk Sistem (System Reserved, Recovery, EFI System, dan Partisi Windows itu sendiri), Jika kita memakai MBR maka kita tidak dapat membuat Partisi Primary lebih dari 4, Jika membuat lebih dari itu maka harus menggunakan Extended Partition.

Setelah kita mengetahui Model Partisi apa yang kita pakai, maka selanjutnya kita dapat mulai melakukan Instalasi Manjaro. Untuk kalian yang PCnya memakai UEFI silahkan ikuti langkah Nomer 0 sebelum ke Step selanjutnya!

0. Reboot PC dan masuk ke UEFI
Setelah masuk ke UEFI silahkan teman-teman cari Konfigurasi Secure Boot, ini biasanya terletak di Menu Security. Jika kalian belum pernah menginstall Linux atau OS lain selain Windows maka harusnya konfigurasi ini masih On atau Enabled. Silahkan ubah ke Disabled! Alasannya karena Windows mengaktifkan Secure Boot agar hanya Sistem Operasi Windows saja dan yang mempunyai 'Izin' dari Microsoft yang boleh terpasang atau diinstal di komputer tersebut. Jika sudah silahkan Simpan Konfigurasinya.

1. Booting ke Manjaro Live
Silahkan teman-teman masukkan Bootable yang berisi Manjaro ke PC kalian, kemudian Restart PC dan Booting ke Manjaro Live melalui Bootable yang digunakan.

2. Buka Instalasi Manjaro
Setelah booting ke Manjaro Live, buka Aplikasi Instalasi Manjaro. Tampilannya memang sedikit berbeda dari Instalasi keluarga Ubuntu (yang mana pakai Ubiquiti) namun seharusnya teman-teman akan cepat familiar dengan tampilannya.

3. Step Pemartisian
Setelah teman-teman klik Next sana-sini dan akhirnya sampai pada tahap Pemartisian. Disini bagi kalian yang belum pernah menggunakan Distro selain turunan dari Ubuntu pasti akan kaget karena kemungkinan besar kalian tidak akan menemukan opsi "Install Alongside...", adanya adalah Opsi untuk me-resize, menginstall dengan memakai keseluruhan Harddisk, dan Manual.

Karena itu disini kita akan memakai opsi Manual untuk melakukan konfigurasi Dual Boot, setelah teman-teman pilih Manual dan Next selanjutnya adalah menentukan Partisi. Seperti yang saya katakan dari awal bahwa Saya mengasumsikan bahwa Windows sudah diinstall terlebih dahulu.

Untuk Partisi MBR:
Karena MBR mempunyai limitasi 4 Primary Partition, maka kita akan membuat Swap berada di Logical Partition. Berarti untuk berjaga-jaga ketika kalian melakukan Resize pastikan kalian membuat Partisi Swap terlebih dahulu yang disetting menjadi Logical kemudian baru membuat Partisi untuk Mountpoint Root yang diset ke Primary, karena terkadang ketika alokasi Partisi Primary sudah mencapai batas teman-teman tidak akan bisa membuat Partisi lagi meski seharusnya masih bisa dibuat di Logical.

Satu hal yang harus diperhatikan disini adalah bahwa Bootloader OS harus berada di Primary Partition dan mempunyai Flag Active dan Boot. Nah karena kita memakai Partisi MBR yang mana Bootloader menyatu dengan Partisi OS maka Partisi yang berisi OS harus Primary tidak boleh berada di Logical. Jadi pastikan kalian mempunyai Alokasi yang cukup untuk Partisi Linux agar dapat menggunakan Primary Partition.

Untuk Partisi GPT:
Untuk GPT akan sedikit berbeda, karena GPT merupakan Model Partisi yang lebih baru dan biasanya sudah dipakai secara default di Laptop/Desktop dengan UEFI. Untuk dapat menggunakan partisi GPT teman-teman diwajibkan memakai Arsitektur OS 64bit!

Nah berbeda dengan MBR, Partisi GPT akan memisahkan Partisi untuk Bootloader dan OS nya. Serta Batas Maksimal Partisi Primary yang dapat disupport oleh GPT adalah secara teori mencapai 128 Partisi Primary tanpa Logical!

Konfigurasinya pun akan sedikit berbeda, jika dengan MBR kalian cukup membuat paling tidak Satu Partisi untuk Root dan Satu Partisi untuk Swap maka di GPT harus menambahkan Satu Partisi lagi yaitu dengan tipe EFI System Partition. Jadi alasan kenapa di UEFI apabila ingin Dualboot biasanya disarankan Windowsnya dulu adalah karena biasanya Windows akan memformat Ulang semua Partisi untuk Sistem dan Membuatnya kembali. Namun Linux berbeda, Linux dapat memakai partisi yang sudah dibuat Windows dan menggunakannya tanpa harus menformat lagi.

Nah berbeda dengan Instalasi Ubuntu dkk, di Manjaro (khususnya) kalian harus mensetting Flag boot dan esp serta Mount Point ke /boot/efi.
Poin pentingnya ada pada Partisi Bootloader diatas, dan kurang lebih seperti itu karena saya lupa untuk mendokumentasikan ketika saya menginstallnya langsung di Laptop saya. Jadi sekarang teman-teman sudah mengerti kan cara Dualbootnya? :)
Untuk tambahan, seperti inilah konfigurasi akhir Dual Boot di Laptop saya antara Manjaro Gellivara dan Windows 10 dengan GPT + UEFI.
g. Referensi
--

h. Kesimpulan
Denga membutuhkan sedikit ketelitian, sebenarnya kita bisa melakukan Dual Boot pada OS apapun terlebih Linux dengan Windows karena pada dasarnya semua itu hanya kembali ke bagaimana Bootloader kedua OS tersebut dapat dibaca oleh BIOS/UEFI. Karena tanpa Bootloader, OS apapun tidak akan dapat masuk atau melakukan booting.

Cukup sekian yang dapat saya tulis, semoga bermanfaat bagi teman-teman semuanya!
Dan seperti biasa Terima Kasih!
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Tuesday, April 4, 2017

Mengenal Fitur CAPsMAN di MikroTik RouterOS

  No comments
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Di artikel ini saya akan membagikan mengenai Pengenalan Fitur CAPsMAN yang ada di MikroTik RouterOS yang saya bagikan dari Website Mikrotik Indonesia (http://mikrotik.co.id/).

a. Pembahasan
Mulai versi ROS v6.11, Mikrotik memperkaya lagi fitur yang sudah ada dengan menambahkan sebuah fitur yang dinamakan CAPsMAN. Fitur ini banyak ditunggu oleh para pengguna Mikrotik, khususnya bagi yang memiliki jaringan wireless skala besar.

CAPsMAN (Controller Access Point system Manager) merupakan sebuah fitur wireless controller yang memudahkan kita untuk mengatur semua perangkat wireless akses point yang ada dijaringan kita secara terpusat.
Dalam penggunaan CAPsMAN ini, nanti perangkat-perangkat yang akan kita gunakan memiliki 2 istilah:

- CAP (Controlled Access Point), yaitu perangkat wireless akses point yang akan kita konfigurasi terpusat
- System Manager (CAPsMAN), yaitu perangkat yang digunakan untuk mengatur CAP. Konfigurasi, authentikasi dan sebagainya bisa diatur dari perangkat ini

Fitur CAPsMAN saat ini yang tersedia
Authentikasi Radius berdasarkan MAC address
Authentikasi menggunakan WPA/WPA2
Grouping konfigurasi AP
Sedangkan fitur yang saat ini belum disupport jika menggunakan CAPsMAN :
NStreme
NV2
Custom Advanced Wireless Config
Sekilas Cara Kerja CAPsMAN
Agar CAPsMAN sistem ini berfungsi, perangkat yang menjadi CAP harus membentuk koneksi manajemen ke perangkat yang menjadi CAPsMAN. Komunikasi antara CAPsMAN dan CAP bisa dibentuk dengan 2 metode:

- Menggunakan MAC, komunikasi bisa terbentuk apabila CAP dan CAPsMAN masih berada dalam segment layer 2 yang sama (baik fisik ataupun layer 2 tunnel)
- Menggunakan IP (protocol UDP), komunikasi ini digunakan apabila antara CAP dan CAPsMAN sudah berbeda segment Layer 2 (melewati router lain). Dengan menggunakan metode ini maka antara CAP dan CAPsMAN tidak perlu berada dalam sebuah network yang sama, bahkan bisa berbeda lokasi geografis

b. Sumber Artikel / Referensi

----
Sebagian besar material yang ada di post ini diambil dari sumber artikel diatas dengan penambahan ataupun pengubahan untuk tujuan penyesuaian artikel sumber ke struktur posting di blog ini.

Monday, April 3, 2017

Temporary Fix Brightness Control NVIDIA di Ubuntu 16.04/Linux Mint 18.1

  No comments
NVIDIA Image | Source : Softonic
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Di artikel ini saya akan menuliskan mengenai bagaimana menerapkan Solusi sementara atau Temporary Fix untuk Brightness Control Laptop yang bermasalah atau tidak berfungsi ketika menggunakan Distro Ubuntu atau Linux Mint yang menggunakan Driver Proprietary NVIDIA dengan Aplikasi xbacklight.

a. Pengertian
xbacklight adalah aplikasi yang dapat digunakan untuk membantu mengatur brightness atau tingkat kecerahann pada semua perangkat Output Display yang terkoneksi. xbacklight dapat berfungsi apabila Output Display yang digunakan mendukung pengaturan Backlight Brightness.

b. Latar Belakang
Alasan dari penggunaan aplikasi ini adalah karena saya belum juga menemukan solusi pasti atas masalah atau bug yang terjadi pada Backlight atau Brightness Control saya yang tidak berfungsi ketika saya menggunakan Driver Proprietary NVIDIA pada Laptop saya. Linux memang secara default sudah mendukung NVIDIA, namun apabila digunakan menjalankan aplikasi yang memerlukan akselerasi atau performa penuh maka penggunaan Driver yang diberikan oleh Vendor adalah jawabannya.

c. Maksud dan Tujuan
Tujuan dari digunakannya aplikasi ini adalah untuk dijadikan sebagai solusi sementara atau Temporary Fix untuk masalah Brightness Control yang tidak bekerja ketika menggunakan Driver Proprietary dari NVIDIA.

d. Waktu Pengerjaan
Waktu yang digunakan untuk melakukan instalasi aplikasi ini kurang lebih 5 Menit.

e. Alat dan Bahan
- PC yang bersangkutan
- Koneksi Internet

f. Langkah Pengerjaan
Sekedar informasi, saya menggunakan Driver Proprietary NVIDIA Versi 378 yang saya install dari PPA ppa:graphics-drivers/ppa.
dan ini adalah detail VGA yang saya pakai beserta versi Driver dan X Server nya:
1. Login ke PC
Pertama silahkan login ke PC teman-teman yang mengalami masalah Brightness Control yang tidak bekerja ini.

2. Instalasi xbacklight
Aplikasi xbacklight sudah ada di Repository resmi Ubuntu, maka dari itu untuk melakukan instalasi kita cukup mengetikkan perintah berikut di Terminal:
~# apt install xbacklight
3. Penggunaan xbacklight
Nah untuk penggunaan dari aplikasi ini sebenarnya cukup mudah. Sesuai dengan Deskripsi Resmi dari Aplikasinya dan Help Command yang ada ketika mengetikkan -help, ada beberapa perintah yang dapat digunakan untuk mengatur kecerahan, perintah-perintahnya adalah sebagai berikut:
~$ xbacklight -get
Perintah diatas berfungsi untuk mendapatkan Value atau Level Brightness yang sedang kita pakai.
~$ xbacklight -set <1-100>
Perintah diatas berfungsi untuk mensetting Level Brightness.
~$ xbacklight -inc <1-100>
Perintah diatas berfungsi untuk menaikkan (increase) Level Brightness.
~$ xbacklight -dec <1-100>
Perintah diatas berfungsi untuk menurunkan (decrease) Level Brightness.

Untuk perintah selengkapnya dapat teman-teman cek di Deskripsi Resmi Aplikasinya.

4. Notice
Konfigurasi Brightness yang dilakukan dari Aplikasi ini akan hilang ketika kalian melakukan Reboot PC kalian, agar konfigurasi Brightness tetap sama teman-teman dapat memasukkan perintah xbrightness beserta level brightness yang digunakan kedalam file /etc/rc.local.

g. Referensi
- Ubuntu Manual Page - xbacklight
- Blog Riki P.W - Menambah dan Mengurangi Cahaya Laptop Melalui Terminal

h. Kesimpulan
Dengan menggunakan aplikasi ini kita dapat menerapkan solusi sementara atas masalah Brightness Control yang kita alami sembari menunggu Patch atau Fix resmi.

Cukup sekian yang dapat saya tulis, semoga bermanfaat bagi teman-teman semuanya.
Dan seperti biasa, Terima Kasih!
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Friday, March 31, 2017

Langkah Mengkonfigurasi Dua MariaDB Server untuk Replikasi Master-Slave

  2 comments
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Di artikel ini saya akan menuliskan mengenai Langkah-langkah Mengkonfigurasi Dua MariaDB Server untuk tujuan Replikasi Database dengan Pengaturan 1 Master dan 1 Slave. Konfigurasi ini termasuk dalam Program Kerja kami SMK Negeri 1 Pedan dan SMK Negeri 1 Sawit dengan Waktu Pelaksanaan 20 Maret - 25 Maret 2017.

a. Pengertian
Replikasi Database merupakan cara yang digunakan untuk menggandakan perubahan data yang terjadi pada Database Server (dalam hal ini MariaDB) untuk menghindari atau meminimalisir kehilangan data akibat kerusakan fisik.

b. Latar Belakang
Konfigurasi ini didasari atas keinginan kami untuk membuat suatu konfigurasi Web Service tanpa adanya gangguan Single Point Failure yang diakibatkan karena salah satu Server mengalami gangguan atau down.

c. Maksud dan Tujuan
Konfigurasi Replikasi Database ini bertujuan untuk mengantisipasi Gangguan yang terjadi pada Server itu sendiri maupun gangguan dalam jaringan yang mengakibatkan tidak berfungsinya layanan.

d. Waktu Pelaksanaan
Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan konfigurasi ini kurang lebih 10-15 Menit.

e. Alat dan Bahan
- PC
- 2 Buah Server untuk MariaDB yang saling terkoneksi

f. Topologi
g. Langkah Pengerjan
1. Instalasi MariaDB Server dan Initial Setup
Pertama silahkan lakukan instalasi MariaDB Server pada kedua Server, pada Distro Ubuntu/Debian teman-teman dapat menginstallnya dengan perintah:
~# apt install mariadb-server
Setelah instalasi, silahkan teman-teman lakukan Initial Setup MariaDB nya dengan mengetikkan perintah berikut dan pilih Yes saja ketika diberikan pertanyaan Y/n.
~# mysql_secure_installation
2.  Konfigurasi Binary Logging, Server ID, dan Bind Address pada MariaDB Master
Setelah dilakukan Initial Setup pada kedua server, silahkan login menuju ke Server MariaDB yang akan dijadikan sebagai Master Database.

Hal yang akan kita konfigurasi berada di file /etc/mysql/my.conf untuk Distro Debian dan /etc/mysql/mariadb.conf.d/50-server.conf untuk Distro Ubuntu.

Untuk mengkonfigurasi Binding Address, silahkan teman-teman cari bind_address. Pastikan konfigurasi tersebut dalam kondisi terdapat "comment" atau tanda pagar didepannya, atau Bind Addressnya diset ke 0.0.0.0. Ini diperlukan agar Slave dapat berkomunikasi nantinya.

Kemudian pada section konfigurasi [mysqld] kita tambahkan:
# Mengaktifkan Binary Logging
log-bin
# Memberikan ID Server
server-id = <integer value>
Integer Value silahkan diganti dengan Angka.
Apabila sudah silahkan teman-teman simpan dan restart MariaDB nya.
~# service mysql restart
Kemudian cek apakah Binary Logging sudah aktif ataukah belum dengan:
~# mysqld --verbose --help | grep log-bin
Lalu cek Server ID nya, apakah telah sesuai dengan:
~# mysqld --verbose --help | grep server-id
3. Buat Starting Database dan Akun Khusus Replikasi
Kita akan membuat sebuah database untuk permulaan replikasi. Untuk replikasi, kita membutuhkan satu database sebagai starting point nya. Meski setelah selesai melakukan konfigurasi, database yang bisa direplikasi adalah seluruhnya.
~# mysql -u root -p~# MariaDB [(none)] create database <nama database>;
Kemudian kita buat akun khusus yang akan menangani proses replikasinya.
;; Akun Replikasi untuk Semua Database
~# MariaDB [(none)] grant super, reload, replication slave on *.* to 'username'@'%' identified by 'passwordku';
 ;; Akun Replikasi untuk Database Spesifik
~# MariaDB [(none)] grant super, reload, replication slave on <nama database>.* to 'username'@'%' identified by 'passwordku';
4. Freeze Database Master dan Buat Snapshot
Untuk mensinkronkan database dari Master ke Slave kita perlu melakukan pembekuan sementara pada Database Master untuk memastikan Database yang akan dimuat oleh Slave benar-benar sama dengan yang ada di Master.
;; Membekukan Database
~# MariaDB [(none)] flush tables with read lock;
Apa itu Flush Tables with Read Lock? silahkan baca selengkapnya disini.
;; Menampilkan Status Posisi Database Master
~# MariaDB [(none)] show master status;
Mohon untuk mencatat Nama File serta Posisi nya. Kedua hal ini dibutuhkan ketika kita mengkonfigurasi MariaDB Slave nantinya.

Selanjutnya kita buat Snapshot untuk Database yang sudah kita buat sebelumnya.
~# tar cjvf /home/fajar/snapshotmaster.tar.bz2 /var/lib/mysql/<nama database>
5. Kirim Arsip Snapshot ke Server MariaDB Slave
Kita kirimkan arsip snapshot yang sudah kita buat ke Server MariaDB Slave, disini saya akan menggunakan Tool scp untuk melakukan transfer data. Apabila menggunakan scp pastikan di server remote sudah terinstall SSH Server.
~/home/fajar# scp snapshotmaster.tar.bz2 fajar@192.168.101.4:/home/fajar
6. Konfigurasi Server ID pada MariaDB Slave
Selanjutnya kita akan konfigurasi MariaDB Slave nya. Silahkan teman-teman login ke server tersebut. Kita akan menambahkan Server ID pada Konfigurasi MariaDB nya.
;; untuk Debian
~# nano /etc/mysql/my.conf
;; untuk Ubuntu
~# nano /etc/mysql/mariadb.conf.d/50-server.conf
Tambahkan konfigurasi server-id didalam section [mysqld].
server-id = <integer-value>
Berikan value yang berbeda dengan Server ID milik Master.
Kemudian kita restart dan cek apakah Server ID sudah benar atau belum.
~# mysqld --verbose --help | grep server-id
7. Arahkan MariaDB Slave ke MariaDB Master
Kita arahkan MariaDB Slave agar terkoneksi dan melisten ke MariaDB Master dengan melakukan query:
;; Set Info Master
~# MariaDB [(none)] CHANGE MASTER TO MASTER_HOST='ipmariadbmaster', MASTER_USER='usernamereplikasi', MASTER_PASSWORD='passwordku', MASTER_LOG_FILE='mysqld-bin.xxxxxx', MASTER_LOG_POS=<posisi_log_master>;
;; Menghidupkan Slave Mode
~# MariaDB [(none)] start slave;
Lalu cek apakah Slave sudah terkoneksi ke Master dengan:
~# MariaDB [(none)] show slave status \G;
Apabila Statusnya adalah Waiting for master to send event. Maka Slave siap digunakan, apabila selain pesan tersebut maka silahkan teman-teman cek kembali apakah ada yang salah dengan konfigurasinya atau tidak.

8. Unfreeze Database Master
Agar Database dapat digunakan kembali, kita perlu menghapus status penguncian yang kita lakukan sebelumnya. Silahkan teman-teman login ke CLI MariaDB Master dan ketikkan perintah:
~# MariaDB [(none)] unlock tables;
9. Replikasi Selesai!
Konfigurasi untuk replikasi antar 2 Database Server MariaDB sudah selesai, teman-teman dapat mencoba untuk melakukan pengubahan disisi Master dan hasilnya Slave akan mengikuti perubahan tersebut :)
h. Referensi
- MariaDB Knowledge Base - Setting Up Replication
- HowtoForge - Replicating a master database using MariaDB 10 on Debian 8

i. Kesimpulan
Dengan menggunakan cara Replikasi, kita bisa meminimalisir kehilangan database karena kerusakan Hardware. Replikasi akan terus mengikuti perubahan data yang dilakukan pada Master Server sesuai dengan konfigurasi yang diberikan. Karena Replikasi bersifat Realtime, kita dapat mengkombinasikannya untuk membuat Redundancy Database Server.

Cukup sekian yang dapat saya tulis, semoga bermanfaat bagi teman-teman semuanya!
Dan seperti biasa, Terima Kasih!
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.